𝗥𝗢𝗫𝗫 𝗗𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗠𝗘𝗡𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 '𝗟𝗔𝗚𝗨 𝗖𝗘𝗠𝗘𝗡', 𝗞𝗜𝗦𝗔𝗛 𝗗𝗜 𝗕𝗔𝗟𝗜𝗞 𝗥𝗢𝗖𝗞 𝗕𝗘𝗥𝗚𝗘𝗠𝗔

 

𝗥𝗢𝗫𝗫 𝗗𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗠𝗘𝗡𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 '𝗟𝗔𝗚𝗨 𝗖𝗘𝗠𝗘𝗡', 𝗞𝗜𝗦𝗔𝗛 𝗗𝗜 𝗕𝗔𝗟𝗜𝗞 𝗥𝗢𝗖𝗞 𝗕𝗘𝗥𝗚𝗘𝗠𝗔

𝗕𝗘𝗥𝗚𝗘𝗠𝗔

𝗞𝗲𝗹𝗮𝗵𝗶𝗿𝗮𝗻 𝗥𝗼𝘅𝘅, 𝗣𝗲𝗿𝘀𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗗𝘂𝗮 𝗕𝗮𝗻𝗱 𝗕𝗲𝗿𝗯𝗲𝗱𝗮 𝗗𝗶 𝗝𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮

Kisah pembentukan Roxx dimulai pada tahun 1987 di Jakarta, bukan dari nol, melainkan dari gabungan personil dua band underground lokal, yaitu Skull dan Navy Punk. Sosok sentral di balik peleburan ini adalah Arry sang drummer. Arry baru saja kembali dari Australia dengan membawa pandangan baru tentang sound rock yang lebih keras.

Saat di Australia, Arry tidak hanya sempat membentuk sebuah grup band, tetapi juga sukses menjadi band pembuka konser Iron Maiden. Pengalaman ini membuka matanya pada gelombang musik heavy metal yang saat itu tengah mendunia.

Arry membawa pulang oleh-oleh berupa kaset album-album penting thrash metal, seperti Master Of Puppets dari Metallica dan Among The Living dari Anthrax. Sound yang agresif dan cepat ini kemudian dia paksa untuk didengarkan dan dipelajari oleh keempat rekan-rekannya, meskipun pada awalnya keempat personel lain kurang menyukai sound keras tersebut. Dari sound glam metal ala Mötley Crüe yang identik dengan pakaian kembang-kembang, Roxx akhirnya berevolusi menuju sound thrash metal yang lebih garang.

Formasi awal Roxx kemudian dilengkapi oleh Jaya (gitar), Iwan Achtandi (gitar), Tony Agusbekti (bass), dan Trison Manurung sebagai vokalis, siap untuk memulai perjalanan mereka di kancah rock Tanah Air.

𝗣𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴 𝗣𝗲𝗺𝗯𝘂𝗸𝘁𝗶𝗮𝗻 𝗙𝗲𝘀𝘁𝗶𝘃𝗮𝗹 𝗥𝗼𝗰𝗸 𝗦𝗲-𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮 𝗩

Nama Roxx mulai diakui di tingkat nasional saat mereka berpartisipasi dalam Festival Rock Se-Indonesia ke-V pada tahun 1989. Mereka tampil dengan materi lagu yang solid. Awalnya, mereka membawakan lagu berjudul "Superstar" di babak penyisihan.

Di panggung bergengsi tersebut, Roxx menunjukkan kualitas permainan dan musikalitas yang tinggi. Mereka berhasil memukau juri dan penonton dengan energi yang solid, tetapi harus mengakui keunggulan Power Metal dari Surabaya, yang meraih juara pertama. Roxx sendiri menempati posisi juara kedua. Pencapaian ini tetap merupakan prestasi yang luar biasa dan menjadi batu loncatan yang signifikan bagi karier band. Untuk album kompilasi finalis festival, lagu "Superstar" diganti menjadi "Rock Bergema."

𝗥𝗼𝗰𝗸 𝗕𝗲𝗿𝗴𝗲𝗺𝗮, 𝗟𝗮𝗴𝘂 𝗣𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗗𝗶𝗯𝗲𝗻𝗰𝗶 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗝𝗮𝗱𝗶 𝗦𝘂𝗸𝘀𝗲𝘀 𝗕𝗲𝘀𝗮𝗿

"Rock Bergema" adalah lagu yang menjadi penentu popularitas Roxx. Ironisnya, lagu yang kemudian menjadi "lagu kebangsaan" bagi para penggemar rock ini justru awalnya dianggap "cemen" atau paling tidak disukai oleh sebagian besar personil band.

Proses penciptaan lagu ini sangat spontan dan unik. Gitaris Iwan Achtandi menceritakan bahwa riff lagu ini diciptakan saat dia sedang berada di toilet. Ide yang muncul di tempat tak terduga inilah yang kemudian menghasilkan sebuah komposisi yang menarik perhatian pendengar.

Gitaris Jaya bahkan secara terbuka menyatakan bahwa "Rock Bergema" adalah lagu yang sangat jauh dari sound Metallica yang mereka usung. Menurut Jaya, riff lagu ini masih kental dipengaruhi oleh sound Van Halen, yang notabene berbeda aliran dengan thrash metal.

Meskipun sudah ada di album kompilasi finalis Festival Rock ke-V, popularitas lagu ini baru benar-benar meledak setelah diaransemen ulang untuk album studio pertama Roxx, Black Album, pada tahun 1992. Keputusan untuk menjagokan lagu yang kurang disukai personil ini diambil atas desakan dari Peter Pang, yang melihat daya tarik dan potensi komersial yang kuat dari lagu tersebut. Keputusan ini terbukti sangat tepat. "Rock Bergema," dengan liriknya yang lugas dan melodinya yang mudah diingat, berhasil merebut hati banyak pendengar rock di seluruh Tanah Air.

𝗥𝗶𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗿𝗮𝘁, 𝗜𝗻𝘀𝗶𝗱𝗲𝗻 𝗔𝘀𝗯𝗮𝗸 𝗧𝗲𝗻𝗴𝗸𝗼𝗿𝗮𝗸 𝗗𝗮𝗻 𝗕𝗹𝗮𝗰𝗸 𝗔𝗹𝗯𝘂𝗺

Jalan menuju perilisan album pertama Roxx tidaklah mudah. Mereka sempat menjalin kerja sama dengan label Harpa Records. Namun, kontrak itu dibatalkan secara tiba-tiba karena adanya insiden yang menimpa vokalis Trison dan bassist Tony. Keduanya ditangkap dan dipenjara selama dua bulan karena kedapatan memiliki ganja di dalam asbak berbentuk tengkorak. Kejadian yang dikenal sebagai "Insiden Asbak Tengkorak" ini menjadi pukulan besar saat mereka tengah bersiap untuk debut.

Di tengah situasi sulit ini, Dannil Setiawan dari label Blackboard melihat adanya potensi besar pada Roxx. Dannil mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya, termasuk menanggung semua biaya ganti rugi atas pembatalan kontrak dengan Harpa Records. Akhirnya, Black Album dirilis di bawah label Blackboard pada tahun 1992. Album yang direkam di studio Triple 'M' Jakarta ini menampilkan materi-materi andalan Roxx, termasuk versi baru dari "Rock Bergema" yang lebih mantap.

Meskipun "Rock Bergema" menjadi hits yang sangat besar, sebagian besar materi lain di Black Album dan album selanjutnya, seperti Nol (1994) yang mengandalkan lagu "Air Mata Hewan," sayangnya kurang berhasil di pasaran. Fakta ini semakin menonjolkan keunikan "Rock Bergema" yang menjadi lagu paling populer padahal paling dibenci personel band sendiri.

𝗞𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗻 𝗥𝗲𝗶𝗻𝗸𝗮𝗿𝗻𝗮𝘀𝗶, 𝗩𝗮𝗸𝘂𝗺 𝗗𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗥𝗼𝘅𝘅

Setelah merilis dua album, Roxx mengalami masa vakum yang cukup lama, yaitu dari tahun 1999 hingga 2003. Salah satu faktor utama di balik masa vakum ini adalah wafatnya drummer dan pendiri, Arry, pada tahun 1999 karena komplikasi penyakit. Arry adalah sosok penting yang berperan besar dalam menentukan arah sound band, sehingga kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi Roxx.

Selama masa vakum tersebut, vokalis Trison sempat bergabung dengan Edane sebagai vokalis sementara. Sebelumnya juga, bassist Tony Agusbekti sempat melanjutkan pendidikannya ke Jerman, yang menyebabkan posisinya di album kedua "Nol" sempat diisi sementara oleh Didi Sugiyanto.

Meskipun sempat kehilangan personil inti dan vakum, semangat para personel Roxx untuk bermusik tidak padam. Pada tahun 2003, Roxx kembali aktif. Mereka kembali berkarya dan merilis album-album baru, membuktikan bahwa eksistensi Roxx terus berlanjut di industri musik rock.

𝗥𝗼𝗰𝗸 𝗕𝗲𝗿𝗴𝗲𝗺𝗮 𝗗𝗶 𝗕𝗲𝗿𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗠𝗮𝘀𝗮

Lagu "Rock Bergema" membuktikan dirinya sebagai sebuah komposisi yang tak lekang oleh waktu. Pada tahun 2007, konduktor Erwin Gutawa bahkan mengaransemen ulang lagu ini dalam proyek album Rockestra, di mana lagu rock ini dibawakan dengan sentuhan orkestra.

Pada tahun 2008, Roxx kembali merekam ulang "Rock Bergema" dalam album mereka yang berjudul Retake, memberikan sentuhan sound yang lebih segar dan sesuai dengan perkembangan musikalitas mereka saat itu. Puncaknya, dalam rangka merayakan 30 tahun berkarya pada tahun 2017, Roxx sekali lagi menghadirkan "Rock Bergema" dalam album 30th Anthem, yang menegaskan kembali posisinya sebagai salah satu lagu paling penting dan dikenang dalam perjalanan rock di Tanah Air.

Post a Comment

Previous Post Next Post